Sekepal Semangat dari Orasi Khalili Hasbullah
Ketua PAC GP Ansor Kecamatan Pragaan, Khalili Hasbullah, menyampaikan orasi saat pembukaan PKD, Jumat (23/05/2025).
Oleh: Moh. Busri
Maaf, tulisan ini baru sempat saya garap. Sebab, dari kemarin masih mengumpulkan tekad. Suasananya terlalu menggebu. Sehingga, saya pun tak sanggup menggambarkan emosional keadaan saat itu. Ya, suasana saat Ketua PAC GP Ansor Pragaan, Khalili Hasbullah, menyampaikan orasi dalam kegiatan pembukaan Pelatihan Kepemimpinan Dasar (PKD) pada Jumat (23/05/2025) kemarin.
Mulanya, tidak ada yang istimewa dari acara seremonial tersebut. Sama seperti pembukaan kegiatan formal lainnya. Tetapi, tiba-tiba keadaan berubah mencekan saat Khalili Hasbullah menyampaikan orasi.
Sengaja saya sebut orasi – bukan pidato sambutan. Karena pembawaannya sangat menggebu. Bahkan, seakan mampu mendongkrak dinding semangat kader Nahdliyyin yang hadir kala itu. Pun dengan saya. Rasanya, hampir tak saggup untuk mengukur totalitas pengabdian yang diberikan pada organisasi sejauh ini.
“Perjuangan kita tidak ada apa-apanya sahabat-sahabat. Dari pada perjuangan mereka para Muassis Nahdlatul Ulama.” Saya ingat betul raut wajah Khalili yang seakan memerah saat mengucapkan kalimat tersebut dengan lantang. Binar matanya pun terlihat berkaca-kaca membendung air mata. Lantang suaranya seketika tersendak menahan tangis emosional penuh semangat.
Setelah beberapa kalimat diucapkan, ada sepenggal pesan yang juga saya ingat. “Sekali kita melangkah, mengabdi di NU, jangan sampai ada kata-kata mundur.” Sepintas tidak ada yang istimewa dari kalimat ini secara tekstual. Sebab, hampir di semua organisasi, doktrin serupa memang sering ditanamkan. Hanya, kali ini emosionalnya berbeda. Ada ketulusan yang terpendam di dalamnya.
Saya sempat mengira perasaan ini terlalu berlebihan. Namun, gejolak emosional yang sama ternyata juga dirasakan oleh beberapa kader Ansor yang lain. Khususnya, mereka yang mendengarkan langsung orasi tersebut. Bahkan tidak sedikit di antara kami membahasnya secara serius. Meskipun hal demikian bukanlah pernyataan instruktif, entah mengapa, kami terdorong untuk sama-sama berkontemplasi.
Tanpa ragu, pascakegiatan usai, kami bertanya langsung kepada Khalili. Gejolak seperti apa yang sebenarnya dia rasakan, hingga membuat orasinya sangat menggebu. Ditemani secangkir kopi yang kita seruput bergantian, perlahan dia mulai bercerita. Posisi duduk kami yang melingkar, pun makin dirapatkan. Sepasanga telinga juga difokuskan untuk mendengar penjelasannya.
“Banyak rintangan yang telah kita lalui dalam berorganisasi. Bahkan, kita tidak pernah bisa memprediksi rintangan besar lainnya yang akan kita hadapi kemudian,” ucapnya. Kami pun mengerti, dinamika organisasi tidak pernah ada habisnya. Makin kita seriusi proses di dalamnya, maka makin banyak pula kompleksitas persoalan yang harus dihadapi. Tetapi yang jelas, semua itu sepatutnya menjadi motivasi – bukan lantas menjadi dinding penghalang.
Jika dipahami lebih jauh, mayoritas kader Ansor adalah pemuda Nahdliyyin yang telah berkeluarga atau beristri. Mungkin, dari sisi semangatnya memang tidak jauh berbeda dengan mahasiswa. Tetapi, realitas sosial membuatnya harus berpikir lebih inklusif. Tidak sekadar mementingkan organisasi. Melainkan, juga harus dapat memenuhi tanggung jawab dalam keluarga.
Diskusi di antara kami menyepakati, bahwa kepentingan keluarga adalah nomor satu. Tidak bisa di bandingkan dengan apa pun. Termasuk organisasi. Namun, di tengah tanggung jawab itu, totalitas dan loyalitas terhadap organisasi tidak dapat digadaikan. Maka hal inilah yang kemudian harus dipecahkan persoalanya secara bijaksana.
Berorganisasi di Ansor atau bahkan NU, tidak terhitung hanya sebatas berkegiatan. Sebab, organisasi ini adalah warisan para ulama Nusantara. Tujuannya pun sangat mulia. Yaitu memperjuangkan dan mempertahankan nilai-nilai ke-Islaman, kebangsaan dan prinsip-prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Semoga pengabdian ini terhitung “Amalan Thayyiban.” Allahu A’lam. (*)
*Penulis adalah Kader Ansor kelahiran Sumenep yang berdomisili di Dusun Bulu, Desa Pragaan Daya, Kecamatan Pragaan. Saat ini menjabat sebagai Koordinator Departemen Kajian Strategis PAC GP Ansor Kecamatan Pragaan. Sekaligus, menjabat sebagai Sekretaris Pengurus Ranting GP Ansor Desa Pragaan Daya.
Posting Komentar untuk " Sekepal Semangat dari Orasi Khalili Hasbullah"
Terima Kasih