Di Acara Bedah Buku, Kiai M. Faizi Ungkap Kisah Perjalanannya
“Saya ini sudah sejak lama bepergian dengan bis dalam jarak tempuh yang cukup jauh, mulai dari Sabang hingga Madura, NTB dan NTT, Sulawesi dan semua itu dilalui dengan angkutan umum berupa bus. Menurut saya, kita patut bersyukur tinggal di Pulau Madura dimana trayek bis Sumenep-Surabaya terbilang paling ramai. Kapanpun anda mau menuju Surabaya, pasti ada bisnya. Saya menjumpai satu daerah yang mana trayek bisnya hanya sehari sekali. Artinya, kalau telat datang ke terminal, ya harus menunggu keesokan harinya lagi,” tuturnya.
Pada kesempatan tersebut, beliau juga menyoroti tingkah menjengkelkan dari pengguna jalan raya yang sering dijumpai. Semisal parkir sembarangan di pinggir jalan, tidak menyalakan lampu belakang, lampu depan yang terlalu terang hingga menyorot wajah pengguna jalan lain, dan lain sebagainya. Di sesi tanya jawab, ada salah satu peserta yang bertanya tentang tips Kiai M. Faizi agar tetap sehat sehingga dapat melakukan perjalanan jarak jauh.
“Pertanyaan ini mengingatkan saya pada penjaga toko atau warung madura yang buka 24 jam, dia beristirahat terkadang hanya satu jam. Maka kalau ditanya jamu, maka jawabannya adalah pangaterro atau keinginan yang besar,” jawab beliau.
Sementara itu, menurut Mat Toyu selaku Ketua Lesbumi MWCNU Pragaan, kegiatan bedah buku ini merupakan salah satu dari sekian banyak program yang digagas lembaga yang ia pimpin. Acara yang bertempat di Tabun Educulture Desa Aengpanas ini dihadiri oleh kader-kader Nahdlatul Ulama, mulai dari IPNU, IPPNU, PMII, Ansor, dan para seniman. (Ty/Khl)
Posting Komentar untuk "Di Acara Bedah Buku, Kiai M. Faizi Ungkap Kisah Perjalanannya"
Terima Kasih